KUPATAN DI DURENAN TRENGGALEK SUDAH MENJADI TRADISI KAMI


Idul Fitri (Bahasa Arab: عيدالفطر ‘Īdul - Fiṭr) adalah hari raya umat Islam yang jatuh pada tanggal 1 Syawal pada penanggalan Hijriyah. Karena penentuan 1 Syawal yang berdasarkan peredaran bulan tersebut, maka Idul Fitri atau Hari Raya Puasa jatuh pada tanggal yang berbeda-beda setiap tahunnya apabila dilihat dari penanggalan Masehi. Cara menentukan 1 Syawal juga bervariasi, sehingga boleh jadi ada sebagian umat Islam yang merayakannya pada tanggal Masehi yang berbeda. Pada tanggal 1Syawal, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan menyelenggarakan Salat Ied bersama-sama di masjid-masjid ,musola, di tanah lapang, atau bahkan jalan raya (terutama di kota besar) apabila area ibadahnya tidak cukup menampung jamaah.

Begitu pula yang terjadi disebuah desa bernama Desa Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Jawa Timur yang terkenal dengan oleh – oleh khasnya ( Alen – Alen, Manco, Tempe Kripik dan Nasi Tiwul –nya), terdapat sebuah keunikan pada hari raya idul fitri di desa tersebut. Pada tanggal 1 Syawal desa tersebut malah kelihatan sepi bak kota mati, tak ada kegiatan apapun seperti di kota - kota lainya, seperti silaturohmi kepada warga sekitar, begitu pula hari ke-2 dan ke-3. Baru hari ke-4, 5, dan 6 sudah mulai kelihatan ada beberapa warga yang beraktivitas seperti berdagang, kerja, dll.


Tak cuma itu, warga desa juga kebanyakan pada awal syawal tersebut melakukan ibadah puasa syawal selamu 1 minggu. Tentu nya setelah tanggal 1 syawal yang mana pada hari tersebut di haramkan berpuasa.

Ada satu pertanyaan. Ada apakah gerangan? Apakah warga di daerah tersebut tidak merayakan hari raya idul fitri ? Jawabannya adalah : “Merayakan.” Lalu kapan??


Taukan anda kalau desa tersebut telah tertanam Treadisi yang sudah bertahun – tahun dilaksanakanya itu : “Kupatan” atau banyak orang mengatakan hari raya lebaran ketupat. Memang cocok sebutan “Durenan Kota Sejuta Ketupat"  Di salah satu kecamatan kabupaten yang terkenal dengan kripik tempenya ini, tradisi lebaran ketupat dilakukan pada hari ke 8 lebaran idul fitri atau setelah menjalan puasa sunnah selama 6 hari. Yang menarik,pada saat Lebaran kupatan setiap rumah menggelar open house dan menyediakan makanan berupa ketupat dengan aneka macam sayur bagi keluarga dan kerabatnya untuk bersilaturrahmi. Bukan hanya kerabat dan keluarga, bahkan pengunjung yang tak kenalpun, warga Durenan dengan senyum lebar menerima para pengunjung dengan niat menyambung tali silaturrahmi dan melengkapi hari kemenangan umat islam tersebut.Tradisi kupatan sudah dilakukan secara turun temurun. Sehingga banyak saudara maupun keluarga yang dari luar Durenan lebih memilih untuk bersilaturahmi ketika lebaran ketupat.Jadi kalau disini yang ramainya pas lebaran ketujuh.


Menurutnya riwayat jaman dulu, tradisi ini berawal dari kebiasaan keluarga KH Abdul Mahsyir atau yang lebih akrab disebut dengan “MBAH MESIR” yang merupakan salah tokoh ulama terkenal di Kecamatan Durenan. Mbah Mesir merupakan putra Kiai Yahudo Slorok Pacitan yang masih keturunan Mangkubuwono III , salah seorang guru Pangeran Diponegoro. Konon pada waktu itu setiap sehabis hari raya idul fitri pertama, Mbah mesir selalu diundang oleh bupati Trenggalek ke pendopo. Di situlah Mbah mesir menjalankan puasa selama 6 hari bertutur - turut dan setelah itu pulang ke kediamanya di Desa Durenan. Sehabis pulang dari pendopo, mayarakat sekitar selalu sowan (bersilaturahmi ) ke rumah Mbah Mesir. Setelah Mbah Mesir meninggal dunia,tradisi kupatan masih terus dilestarikan oleh (putra,cucu,dan buyut) dan warga sekitar di kecamatan Durenan Trenggalek hingga sekarang.


Pada hari Lebaran Ketupat biasanya masyarakat mengelar beberapa hiburan bagi para pengunjung, tepatnya berpusat di Jalan Masjid barat desa Durenan mulai dari tanggal 7 syawal malam harinya di awali dengan sholat magrib, setelah juga ada acara selamatan di masjid Babul Ulum Durenan, setelah itu warga bertaburan silaturrahmi pada Kyai atau sesepuh desa tersebut, dan para tetangga dan kerabat dekatnya.

Ada juga hiburan pesta “ SEJUTA KEMBANG API ”di malam tersebut yang mengundang banyak pengunjung untuk nongkrong sekedar lewat ataupun ikut mencari kesenagan dengan nonton jutaan pesta  kembang api. Pada malam itu juga di ramaikan dengan penampilan orkes melayu ( Dangut koplo ) asli dari kota tersebut dengan sederetan artis kota dan ibukota dan sekitarnya, begitulah Kemeriahan Malam Kupatan di Desa Durenan tersebut.


Tibalah pada acara puncaknya yaitu tanggal 8 syawal diiringi dengan lantunan lagu Qosidah yang dikumandangkan dari Masjid Babul Ulum, mulailah berbondong-bondong pengunjung datang baik untuk bersilaturahmi maupun untuk melihat ramainya Kupatan Desa Durenan. Pada pagi harinya  acara rutin tahunan Desa Durenan diawali dengan acara pawai “KETUPAT RAKSASA” dan “ TUMPENG RAKSASA” yang menghabiskan bahan beras untuk ketupat kurang lebih 8,5 Kwintal. Setelah pawai KEUPAT RAKSASA “ dan “TUMPENG RAKSASA” dilanjutkan dengan festival “ SENI SHOLAWAT ” dan festival “ DRUMBAND”.yang berjalan mengelilingi sekitar desa Durenan.
Tepat pada jam 9 tradisi penerbangan” BALON RAKSASA “dimulai. Para pengunjung mulai memadati pusat desa tersebut dan tak terhidarkan dari kemacetan bahkan sampai belasan kilo panjangnya antrian di jalanan. Penerbangan balon raksasapun tidak memerlukan sedikit waktu. Sekitar 2 jam balon tersebut baru dapat di terbangkan.


Saking ramainya pengunjung kemecetan baru dapat berakhir pada sore harinya. Dan sembari menunggu kemacetan para pengunjung dapat mampir kerumah-rumah warga untuk mencicipi hidangan ketupan yang pastinya sangat lezat dan dijamin pasti ketagihan.







Bagi temen2 yang sekiranya ingin merasakan hari kemenangan sperti di atas, silahakan mampir besok pada tanggal 8 syawal di “KOTA KETUPAT” yang berpusat di Jl. Masjid Barat tepatnya Desa Durenen Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek JawaTimur.

Video Kegiatan :


SelamatHari Raya IdulFitri 1 Syawal 1439 H, 15 Juni 2018.
 Minalaidzin walfaiidzin mohon maaf lahir dan batin.



Share this

Related Posts

Previous
Next Post »